Siapa
yang tak kenal dengan kuliner dengan cita rasa manis ini? Gudeg Jogja ini
memang sejak puluhan tahun yang lalu telah menjadi kuliner khas yang populer. Bahkan
gudeg menjadi salah satu kuliner yang paling banyak dicari untuk dijadikan buah
tangan bagi para wisatawan yang melancong ke Yogyakarta.
Sumber foto http://indonesiaexplorer.net/ |
Gudeg
ini merupakan kuliner yang bahan dasarnya berasal dari nangka muda atau biasa
disebut dengan gori. Sebelum diolah menjadi gudeg, gori harus dibersihkan
terlebih dahulu lalu dimasak menggunakan kuah santan lengkap dengan bumbu
rempah-rempahnya. Warna cokelat pada gudeg sendiri diperoleh dari daun jati
yang dimasak bersama gori. Untuk memasak gori dibutuhkan waktu yang cukup lama
agar gori menjadi empuk dan rasanya manis. Dalam penyajiannya gudeg biasa
dinikmati lengkap dengan sambal goreng krecek (kulit sapi), telur pindang, tahu
tempe bacem, dan opor ayam. Tak lupa sebagai sentuhan terakhir gudeg disiram
dengan areh nan gurih sehingga menghasilkan cita rasa yang khas.
Di
Yogyakarta sendiri mengenal tiga jenis gudeg, yaitu gudeg basah, gudeg kering,
dan gudeg manggar. Gudeg basah penyajiannya dengan cara diberi kuah santan
(nyemek) yang gurih. Untuk gudeg kering dibutuhkan waktu memasak yang lebih
lama sampai kuah mengering dan warna gori menjadi lebih cokelat. Rasa dari
gudeg kering juga lebih manis mungkin karena bumbu yang meresap ke dalam gori
dengan sempurna. Gudeg kering ini bisa tahan sampai kurang lebih 24 jam. Gudeg manggar
terbuat dari bunga kelapa dan mempunyai kelezatan tersendiri karena manggar
atau bunga kelapa ini ketika dimakan akan terasa renyah. Saat ini gudeg manggar
sudah sulit untuk ditemukan karena terbatasnya persediaan manggar.
Di
Yogyakarta ada satu sentra gudeg yang sangat terkenal yaitu sentra gudeg
Wijilan. Sentra gudeg Wijilan ini letaknya tidak jauh dari kompleks keraton
Yogyakarta. Namun ternyata gudeg ini bukan kuliner yang berasal dari dalam
lingkungan keraton. Gudeg merupakan makanan tradisional masyarakat Yogyakarta
karena nangka muda yang merupakan bahan dasar untuk membuat gudeg sangat mudah
dijumpai di kebun-kebun milik warga.
Jika
anda datang ke sentra gudeg Wijilan anda dapat memilih akan menikmati gudeg
dengan cita rasa yang manis atau tidak terlalu manis. Jika anda tidak terlalu
suka makanan manis, maka cobalah menikmati gudeg di warung Bu Slamet di Jalan
Wijilan 17. Sedangkan jika anda ingin menikmati gudeg kering yang manis maka
anda dapat mencicipi gudeg Yu Djum.
Ada
satu cerita unik mengenai asal usul nama gudeg ini. Konon saat masa penjajahan
dulu ada sepasang suami istri yang tinggal di sudut kota Yogyakarta. Sang suami
merupakan warga Inggris sedangkan istrinya merupakan perempuan Jawa. Sang suami
biasa memanggil istrinya dengan sebutan ‘dek’ yang memang sudah menjadi tradisi
bagi masyarakat Jawa. Suatu hari sang istri memasak untuk sang suami dengan
menggunakan nangka muda sebagai bahan dasarnya. Ketika sang suami selesai makan
maka sang suami memuji masakan sang istri dengan mengatakan “It’s good dek” yang memang terdengar
seperti mengatakan ‘gudeg’. Entah cerita ini benar atau tidak, yang jelas gudeg
memang good! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar